Dari Popok Bayi Hingga Pembalut, Mitos-Mitos Ini Dipercaya Sebagai Penyebab Langganan Banjir
Jaman memang sudah berubah tapi belum tentu dengan pemikiran seseorang.
February 23, 2015 at 11:08
Masa
kini, kepercayaan terhadap mitos masih berkembang. Beberapa di
antaranya berdampak positif tetapi ada juga yang berdampak negatif.
Sebagian bisa menjadi cermin untuk mencintai alam. Namun, sebagian lagi
dapat merusak sehingga menjadi salah satu faktor terjadinya bencana
banjir.
Pernah dengar larangan membakar popok, pembalut, dan
pakaian dalam? Banyak orang yang masih memegang kepercayaan ini.
Katanya, tindakan tersebut dapat menimbulkan ruam pada kulit. Karena
itu, jika sudah tidak terpakai, barang-barang ini harus dikubur. Bahkan,
ada yang rela mengumpulkan kemudian membuangnya ke sungai. Ow, ow, ow….
Tindakan ini sangat disayangkan. Kenapa?
Sudah
menjadi pengetahuan umum dalam ilmu air bahwa salah satu sifat air
paling mendasar adalah mengalir dari tempat yang tinggi menuju tempat
yang rendah. Dan itu bukanlah sebuah mitos. Dalam konteks air dan banjir
di Jakarta, kita dapat mengaitkannya dengan topografi Jakarta yang
berada di dataran yang lebih rendah dibandingkan daerah-daerah lain di
sekitarnya. Sungai-sungai di Jakarta merupakan hilir dari hulu sungai di
daerah lain sekelilingnya (jawa barat) yang sebagian terletak di
dataran tinggi.
Plastik
dan kain merupakan bahan yang sulit terurai. Bakteri tanah perlu waktu
bertahun-tahun untuk menghancurkan komponen ini. Keberadaan sampah
anorganik tersebut menghalangi masuknya air ke dalam tanah.
Bahan
kimia dari popok, pembalut, dan pakaian dalam akan larut bersama air.
Hal ini dapat membunuh bakteri serta cacing yang tinggal di dalam tanah.
Tanpa organisme tersebut, pori-pori kecil pada tanah sulit terbentuk,
sementara melalui celah itulah air dapat meresap.
Zat-zat
kimia dari sampah tersebut dapat merusak kesuburan tanaman. Dengan
demikian, berkuranglah kemampuan makhluk hidup ini dalam menyimpan air.
Pada tingkat yang tinggi, vegetasi tidak lagi dapat tumbuh di tanah
tersebut.
Jangan
buang benda-benda itu ke selokan. Ukurannya bisa menyumbat aliran air.
Begitu juga dengan parit besar atau sungai. Barang-barang ini bisa
terbawa arus dan sampai pada titik di mana air bergerak lemah. Inilah
yang menyebabkan penggenangan.
Banyak
yang berpikir bahwa satu bungkus sampah saja bukanlah masalah. Coba
kalikan berapa buah sampah rata-rata dengan seberapa sering kamu
membuangnya. Pasti akan menghasilkan jumlah yang besar pula. Belum lagi
jika dikali dengan ratusan orang yang melakukan hal sama.
Sedikit
demi sedikit, buangan popok, pembalut, dan pakaian dalam akan menjadi
bukit. Tumpukannya yang tersendat bahkan membuat sampah lainnya
tersangkut.
Itulah mengapa, masing-masing dari kita perlu berhenti
menganut mitos ini. Alih-alih menyebabkan banjir, lebih baik merawat
kulit dengan bahan-bahan alami.
Sumber : Link, Link, Link
Tidak ada komentar:
Posting Komentar